Sabtu, 15 Desember 2012

ILMU BALAGHOH - Wajah Syabah


MAKALAH
WAJAH SAYABAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Balaghoh 2
Dosen Pengampu : Maman Dzul Iman, S.Ag. MA.






Disusun Oleh : Yasin Iskandar
No. Induk Mahasiswa : 1410120040


INATITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
Jl . By Pass Perjuangan Sunyaragi Cirebon







PEMBAHASAN
WAJAH SYABAH

والوجه ما يشتركان فيه  #  وداخلان وخارجا تلفيه
وخارج وصف حقيقي جلا  #  بحس أوعقل ونسبي تلا

           ·          Wajah Syabah ialah makna atau sifat (yang disengaja) untuk mensekutukan musyabbah dan musyabbah bih pada sifat tersebut, wajah syabah itu ada dua macam,
1. Yang masuk pada hakikat
2. Yang keluar dari hakikat

           ·          Wajah Syabah khoriji ialah sifat yang hakiki yang tampak dengan indera atau akal, dan sifat yang bersifat nisbi ( penisbatan atau penyandaran ) ( mabadi’ul balaghoh : 113 ).

Devinisi Wajah Syabah
Yaitu : suatu sifat atau makna yang disengaja untuk mensekutukan musyabbah dan musyabbbah bih pada ssifat tersebut. ( Hasyiyah  Al-Allamah Asy-Syaikh Makhluf : 138 )
Contoh : seperti sifat  pemberani (syaja’ah) didialam menyerupakan laki-laki  yang pemberani dengan harimau.

Pembagian Wajah Syabah
Wajah Syabah ditinjau dari hakikat musyabbah dan musyabbah bih itu ada dua macam :
1. Wajah Syabah Dakhili
Yaitu : Wajah Syabah yang masuk pada hakikat musyabbah dan musyabbah bih.
Seperti menyamakan satu pakain dengan pakaian yang lain di dalam jenisnya.
هذا القميص مثل هذا     Baju kurung ini seperti baju kurung ini ( didalam sama-sama terbuat dari katun )
Dinamakan Wajah Syabah Dakhili, yang artinya masuk pada hakikat, karena katun adalah masuk pada hakikatnya musyabbah dan musyabbah bih, bukan sifat yang menetap pada keduanya.

2. Wajah Syabah Khoriji
Yaitu :  Wajah Syabah yang keluar dari hakikat musyabbah dan musyabbah bih, tetapi merupakan sifat yang melekat pada keduanya.
Contoh : seperti sifat pemberani (Syaja’ah) di dalam menyerupakan lelaki yang pemberani dengan harimau. Sifat pemberani itu bukan masuk pada hakikatnya harimau dan orang laki-laki yang pemberani, tetapi merupakan sifat yang melekat pada keduanya.


Wajah Syabah Khoriji dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Khoriji Haqiqi
Yang juga dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Khoriji Hakiki Hissi
Yaitu : Wajah Syabah yang berada di luar hakikat musyabbah dan musyabbah bih dan bisa ditemukan dengan panca indera.
Contoh :
                                 ·            Yang bisa dilihat dengan mata, seperti warna, nbentuk ukuran dan gerakan.
                                 ·            Yang bisa ditemukan dengan telinga seperti suara yang lemah, suara yang kuat dan suara yang berada di antara keduanya.
                                 ·            Yang bisa ditemukan oleh indera perasa seperti beberapa rasa.
                                 ·            Yang bisa ditemukan oleh indera pencium seperti macam-macam bau.
                                 ·            Yang bisa ditemukan oleh indera peraba seperti panas, dingin, basah, kering, dan lain-lain. ( Hilyatu lubbil mahsun : 137 )


2. Khoriji Hakiki Aqli
                        Yaitu : Wajah Syabah yang berada di luar hakikat musyabbah dan musyabbah bih dan tidak bisa ditemukan oleh  panca indera.
Contoh : Sifat-sifat yang melekat pada jiwa, seperti cerdas, berilmu, pemarah, aris bijaksana, dermawan, kikir, pemberani, penakut dan lain-lain.

b. Khoriji Nisbi ( Idlofi )
                        Yaitu : Wajah Syabah yang berupa suatu makna atau sifat yang berada di antara dua perkara (musyabbah dan musyabbah bih).
Contoh : Seperti menghilangkan hijab di dalam menyerupakan hujjah dengan matahari, karena hal itu (menghilangkan hijjab) bukan merupakan sifat yang melekat pada hujjjah ataubmenetap pada matahari, tetapi merupakan sifat yang melekat di antara keduanya.
                        Wajah Syabah ditinjau dari sisi tersusun dan tidaknya itu terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Wajah Syabah Mufrod
Yaitu : wajah syabah yang oleh urf dianggap mufrod (tidak tersusun)
Contoh :  خده كالورد في الخمرة    ( Pipinya seperti bunga mawar didalam merahnya )

Wajah Syabah Mufrod terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Mufrod Hissi
Yaitu : Wajah Syabah mufrod yang bisa ditemukan panca indera.
Contoh :   هذا الثوب مثل هذا في الصفرة   ( Baju ini seperti baju ini dalam kuningnya )

b. Mufrod Akli
Yaitu : Wajah Syabah mufrod yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera.
Contoh :  العلم كالنور في الاهتداء ( Ilmu itu seperti cahaya didalam menunnjukkannya )

2. Wajah Syabah Murokkab
Yaitu : Wajah Syabah yang tersusun dari beberapa perkara.
Mengenai pengertian murokkab (tersusun) itu mencakup dua hal, yaitu :
                                ·            Murokkab Hakiki
Yaitu : wajah syabah yang pada hakikatnya terususun dari beberapa perkara.
Pengertian tersusun disini adalah lebih dari satu.
                                ·            Murokkab I’tibai
Yaitu : Wajah Syabah yang tersusun dari beberapa perkara menurut pandangan akal.
 Wajah syabah Murokkab juga terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Murokkab Hissi
yaitu : Wajah Syabah murokab yang bisa ditemukan oleh panca indera.
Contoh :
وقد لاح بالفجر الثريا كما ترى  #   كعنقود ملاحية حين نورا
Bintang kejora yang tampak di waktu fajar, kamu sksikan laksana dompolan anggur putih dalam bentuknya, yang panjang bijinya tatkala mengembang (Abu Qois bin Aslat)

                        Wajah Syabah dalam contoh ini adalah tersusunnya suatu keadaan yang dihasilkann dari terpadunya beberapa bentuk putih yang melingkar, yang kecil-kecil bentuknya dalam pandanga mata. ( Al-Idloh fi ulumil balaghoh : 174 )
b. Murokkab Akli
Yaitu : Wajah Syabah Murokkab yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera, tetapi bisa ditemukan oleh angan-angan dari akal.
Contoh :
مثل الذين حمل التورة ثم لم يحملوها كمثل الحمار يحمل اسفارا
Perumpamaan orang yang menanggung kitab taurot, kemudian mereka tidak mengamalkannya, seperti keledai yang membawa buku ( QS Al-Jum’ah : 5 )
                        Wajah syabahnya adalah keletihan dan kecapekan yang dilakukannya bersamaan tidak menghasilkan manfaat apapun.
Wajah syabah yang demikian tidaklah tampak oleh mata, akan tetapi tampak oleh angan-angan dari akal.

3. Wajah Syabah Muta’addid
Yaitu ; Wajah syabah yang lebih dari satu.
Wajah Syabah ini juga terbagi menjadi tiga, yaitu :

a. Muta’addid Hissi
Yaitu : Wajah Syabah Muta’addid yang bisa ditemukan oleh panca  indera..
Contoh : 
هذه الفواكه كهذه في اللون والطعم والرئحة
Buah ini seperti buah yang ini didalam warna, rasa dan bau.
Wajah Syabah dalam contoh tersebut adalah Muta’addid (lebih dari satu) yaitu, warna, rasa, dan bau.

b. Muta’addid Akli
Yaitu : Wajah Syabah yang muta’addid yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera, tetapi masih bisa ditemukan oleh akal.
Contoh :
هذا الرجل مثل هذا في العلم والحلم والحياء
Lelaki ini seperti lelaki yang ini didalam ilmu, kebijaksanaannya, dan sifat pemalunya.

c. Muta’addid Mukhhtalifi
Yaitu : Wajah Syabah Muta’addid yang sebagian bersifat hissi dan sebagian yang lain bersifat akli.
Contoh :
هذا الجل كالشمس في حسن الطلعة وكمال الشرف
Lelaki ini seperti matahari didalam ketampanan wajahnya dan kesempurnaan kemuliaannya
Wajah Syabah Tadlodl
                        Wajah Syabah itu adakalanya yang diamdilkan dari sesuatu yang berlawanan, lalu ditempatkan pada tempatnya serasi ( tanasu ), lalu sesuatu yang memiliki sifat yyang berlawanan tersebut diserupakan pada musyabbahnya.

Tujuannya
                        Tujuan menggunakan Wajah Syabah Tadlodl adalah untuk tahakkum ( menghina atau mentertawakan ) atau untuk tamlih ( mempermanis perkataan )
Contoh :
                        Seperti menyerupakan lelaki yang bakhil dengan Hatim ( seseorang yang sangat terkenal kedermawanannya ).
هذا الرجل كحاتم    ( Lelaki yang kikir ini seperti hatim ).

Selasa, 23 Oktober 2012

Balaghoh (Ilmu Bayan)



PEMBAHASAN
مواضعه و البيان علم تعرف
A.   البيان علم
a.      Pengertian Ilmu Bayan
Ilmu bayan secara bahasa artinya Al-kasyfu (mengungkapkan) dan Al-idloh (menjelaskan)
Secara istilah
 فى بعض عن بعضها يخثلف بطرق الواحد المعنى ايراد بها يعرف قواعد و اصول المعنى ذلك نفس على الدلالة وضوح
Yaitu dasar-dasar dan qoidah-qoida yang digunakan untuk mengetahui mendatangkan satu makna yang di kehendaki mutakallim dengan berbagai cara (berbagai tartib) yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain didalam menunjukan kejelasan makna tersebut (dan di hamskan tetap dalam batasan muaptadol hal). (As-sayyid Ahmad Al-Hasyim: I53)
مختلف  بطرق لمعنىا تأدية     #    عرف مابه علم لبيانا فن
Ilmu bayan adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mengetahui mendatangkan suatu makna yang dikehendaki (mutakallim) dengan berbagai cara yang berbeda-beda kejelasannya.
b.      Maudlu’ (sasaran) Ilmu Bayan
Sasarannya adalah lafadz-lafadz bahasa arab dari sisi majas dan kinayah. (Asy-syaikh Makhluf: 103)
c.       Pengarang Ilmu Bayan
Yang mengarang ilmu ini adalah Abu ubaidah, yang telah membukukan masalah-masalah ilmu bayan didalamkitabnya yang bernama “Majazul Qur’an”, dan ilmu ini berkembang sedikit demi sedikit hingga sampai pada masanya Syekh Abdul Qodir Al-Jurjani, lalu beliau mengukuhkan dasar-dasar dan bangunannya. Menertibkan kaidah-kaidahnyam lalu diikuti oleh imam Al-Jakhidz, Ibnu Mu’taz, Qudamah dan Abu Hilal Al-askari.
d.      Tsamroh (Buah) Ilmu Bayan
Yaitu mengetahui rahasia kalam arab, baik yang berupa kalam nadrom atau natsar, mengetahui perbedaan tingkat kefasihan kalam, mengetahui tingkat perbedaan tingkat balaghah. Suatu kalam yang pada gilirannya sampai pada tingkat ‘ijazul Qur’an.
e.       Pembahasan Ilmu Bayan
Pembahasan ilmu bayan meliputi 3 bab, yaitu:
1.      Bab Tasybih
2.      Bab Majaz
3.      Bab kinayah
كناية أو  مجاز أو   تشبية #   ثلاثة  فى حصروا وضوحها

1. Tasybih
 Tasybih adalah penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan hal yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf ك atau sejenisnya baik tersurat maupun tersirat.

1.1 Unsur-Unsur Tasybih
Unsur Tasybih ada empat yaitu musyabbah, musyabbah bih (kedua unsur ini disebut sebagai tharafait-tasybih/dua pihak yang diserupakan), adat tasybih, dan wajah syibeh. Wajah syibeh pada musyabbah bih diisyaratkan lebih kuat dan lebih jelas daripada musyabbah.


            Kosakata :
1.     Musyabbah : Sesuatu yang hendak diserupakan.
2.     Musyabbah bih : Sesuatu yang diserupai.
3.     Wajah Syibeh : Sifat yang terdapat pada kedua                                                 pihak.

                              1.2 Adat Tasybih
Adat Tasybih : Huruf/kata yang menyatakan                                                  penyerupaan.
Contoh dalam syair:
Al-Ma’arri menyatakan tentang seseorang yang dipujanya:
أنت كالشّمس فى الضّياء وإنجا وزت كيوان فى علوّ المكان
(Engkau bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya walaupun kau berada di atas planet Pluto di tempat yang paling tinggi).
Syair di atas menjelaskan bahwa si penyair tahu orang yang dipujanya memiliki wajah bercahaya dan menyilaukan mata, lalu ia ingin membuat perumpamaan yang memiliki sifat paling kuat dalam hal menerangi dan ternyata ia tidak menjumpai suatu hal pun yang lebih kuat daripada sinar matahari. Maka ia menyempurnakannya dengan matahari, dan untuk itu ia bubuhi huruf ك (kata perumpamaan/seperti).

1.3 Pembagian Tasybih

(1)    Tasybih Mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybihnya. Contoh:
أنا كالماء إنرضيت صفاء وإذاما سخطت كنت لهيبا
(Bila aku rela, maka aku setenang air yang jernih; dan bila aku marah, maka aku sepanas api menyala).

(2)   Tasybih Mu’akkad adalah tasybih yang dibuang adat tasybihnya. Contoh:
انت نجم فى رفعة وضياء تجتليك العيون شرقا وغربا
(Kedudukanmu yang tinggi dan kemashyuranmu bagaikan bintang yang tinggi lagi bercahya. Semua mata, baik di belahan timur maupun barat, menatap ke arahmu).

              (3)   Tasybih Mujmal adalah tasybih yang dibuang wajah syibehnya. Contoh:
وكأنّ الشّمس المنيرة دينار جلته حدائد الضّرّاب
(Matahari yang bersinar itu sungguh bagaikan dinar {uang logam} yang tampak kuning cemerlang berkat tempaan besi cetakannya).

(4)   Tasybih Mufashshal adalah tasybih yang disebut wajah syibehnya. Contoh:
سرنا فى ليل بهيم كأنّه البحر ظلاما وإرهابا
(Aku berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan, bagaikan berjalan di tengah laut).

(5)   Tasybih Baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih dan wajah syibehnya. Contoh:
النّشر مسك والوجوه دنا نير واطراف الأكفّ عنم
(Baunya yang semerbak itu bak minyak kesturi, wajah-wajahnya yang berkilauan bak dinar {uang logam} dan ujung-ujung telapak tangannya merah bak pacar).

                  1.4 Maksud Dan Tujuan Tasybih Adalah:
      Menjelaskan kemungkinan terjadinya sesuatu hal pada musyabbah yakni ketika sesuatu yang sangat aneh disandarkan kepada musyabbah dan keanehan itu tidak lenyap sebelum dijelaskan keanehan serupa dalam kasus lain.
Menjelaskan keadaan musyabbah yakni bila musyabbah tidak dikenal sifatnya sebelum dijelaskan melalui tasybih yang menjelaskannya. Dengan demikian, tasybih itu memberikan pengertian yang sama dengan kata sifat.
Menjelaskan kadar keadaan musyabbah yakni bila musyabbah sudah diketahui keadaannya secara global lalu tasybih didatangkan untuk menjelaskan rincian keadaan itu.
Menegaskan keadaan musyabbah yakni bila sesuatu yang disandarkan kepada musyabbah itu membutuhkan penegasan dan penjelasan dengan contoh.
Memperindah atau memperburuk musyabbah.

2. Majaz[26]
Majaz secara etimologi terbentuk dari kata jâza al-syai’       yajûzuhu (melampaui sesuatu). Sedangkan secara terminology.
Majaz menurut al-Jurjani berarti nominal yang dimaksudkan untuk menunjuk sesuatu yang bukan makna tekstual, karena adanya kecocokan antara keduanya (makna tekstual dan kontekstual).[27]
2.1 Pembagian Majaz
a. Majaz Lughawi
Majaz Lughawi adalah ujaran yang digunakan untuk menunjuk sesuatu diluar makna tekstual (dalam istilah percakapan) karena adanya korelasi (dengan makna kiasan), dengan adanya indikasi yang melarang pemaknaan asli (tekstual).[28]
Majaz Lughawi dibagi lagi menjadi dua macam: Isti’arah dan Majaz Mursal.
1) Isti’arah
Isti’arah adalah majaz dimana hubungan antara makna asli dengan makna kiasan bersifat hubungan ke-serupa-an.
Isti’arah dilihat dari segi penyebutan musyabbah dan musyabbah bih-nya dibagi lagi menjadi dua macam[29]:
a)      Al-Isti’arah al-Tashrihiyyah: adalah isti’arah yang diutarakan dengan tetap menyebutkan kata-kata musyabbah bih-nya, contoh:
وأقبل يمشى فى البساط فما درى * إلى البحر يسعى أم إلى البدر يرتقى
b)     Al-Isti’arah al-Makniyyah: adalah isti’arah yang dibuang musyabbah bih-nya dan digantikan dengan sesuatu yang lazim dengan itu, contoh:
وإذا المنية أنشبت أطفارها *   ألفيت كل تميمة لا تنفع
Dilihat dari segi pengambilan kata-kata yang dijadikan isti’arah, isti’arah ada dua macam, yaitu:
a)      Isti’ârah Ashliyyah : yaitu isti’ârah yang mana kata-kata isti’arah-nya berasal dari ism jins (generik noun: kumpulan noun berupa sesuatu non-personal), contoh:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (إبراهيم: 1)
b)     Isti’ârah Taba’iyyah: yaitu isti’ârah yang kata-kata isti’arah-nya diambil dari isim, fiil ataupun huruf, contoh:
وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ وَأَبْقَى (طه:71)
Dilihat dari pengkiasan musyabbah dan musyabbah bih-nya, isti’arah dibagi menjadi tiga macam:
a.       Al-Isti’arah al-Murasysyahah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah bih-nya, contoh:
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (البقرة: 16)
b.      Al-isti’ârah al-Mujarradah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah-nya, contoh:
وليلة مرضت من كل ناحية * فما يضئ لـها نجم ولا قمر
c)      Al-Isti’ârah al-Muthlaqah: yakni isti’ârah yang tidak disebutkan pengkiasan pasa musyabbah dan musyabbah bih-nya, ataupun disebutkan keduanya secara bersamaan, contoh:
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآأَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (البقرة: 27)
2) Majâz Mursal
Majâz Mursal adalah majâz dimana hubungan pemaknaannya tidak bersifat ke-serupa-an. Majâz mursal dilihat dari segi pengkiasannya dibagi ke dalam beberapa bentuk, diantaranya[30]:
a)       As-Sababiyyah , contoh:
له أياد علي سابغة  *  أعد منها ولا أعددها (المتنبى)
b)      Al-Musabbabiyyah, contoh:
فمن شهد منكم الشهر فليصمه (الآية)
c)       Al-Kulliyah, contoh:
يقولون بأفواههم ما ليس في قلوبهم (الآية)
d)      Al-Juz`iyyah, contoh:
فرجعنك إلى أمك تقر عينها ولا تحزن (الآية)
e)       I’tibâr mâ kâna, contoh:
وآتو اليتامى أموالـهم (الآية)
f)       I’tibâr mâ yakûnu, contoh:
إني أرني أعصر خمرا  (الآية)
g)      Al-Hâliyah, contoh :
واسأل القرية التى كنا فيها (الآية)
h)      Al-Mahalliyah, contoh:
وأما الذين ابيضت وجوههم ففى رحمة الله (الآية)
b. Majâz ‘Aqli
Majâz ‘aqli adalah majâz yang menyandarkan fi’il (verb) atau sejenisnya bukan kepada pemaknaan yang sebenarnya karena adanya indikasi yang melarang pemakmaan yang sebenarnya (tekstual)[31]. Ada beberapa model hubungan pengkiasan dalam majâz ‘aqli, diantaranya:
1)      Hubungan sebab akibat,  contoh:
وإذا تليت عليهم آياته زدتهم إيمانا
2)       Hubungan waktu, contoh:
يوما يجعل الولدان شيبا
3)      Hubungan tempat, contoh:
وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم
3. Al-Kinâyah(metonymy[32])
Kinâyah secara etimologi adalah sesuatu  yang dibicarakan oleh seseorang namun maksudnya lain. Secara terminologi, kinâyah berarti ujaran yang dimaksudkan bukan untuk makna sesungguhnya, namun diperbolehkan menggunaan makna sesungguhnya karena tidak adanya indikasi yang melarang keinginan pemaknaan haqiqî.[33]
Kinâyah dilihat dari segi kedudukan kalimatnya dibagi menjadi tiga, yaitu[34]:
a)       Berkedudukan sebagai sifat,contoh:
قالت الخنساء فى أخيها صخر: طويل النجاد رفيع العماد * كثير الرماد إذا ما شتا
b)      Berkedudukan sebagai mausûf, contoh:
الضاربين بكل أبيض مخدام * والطاعنين مجامع الأضغان
c)       Berkedudukan sebagai nisbat, contoh:
إن السماحة والمروءة والندى * فى قبة ضربت على ابن الحشرج

B.    الوضعية  دلالة
a.       Pengertian dilalah
Dilalah secara bahasa artinya menunjukan (tanda).  
Secara istilah
امر من امر فهم
Dilalah secara istilah adalah memahami suatu perkara dari perkara yang lain. (hilyatul lubbil mashun: 134)  
b.      Pembagian dilalah
Dilalah wadi’iyyah dibagi menjadi tiga, yaitu:




1.      Dilalah muthobaqoh
كون اللفظ دالا على تمام ماوضع له
Yaitu keberadaan suatu lafadz yang menunjukan kesempurnaan makna yang dicetak untuknya.
2.      Dilalah fadlommum
كون اللفظ دالا على جزءه فى ضمن كله
Yaitu keberadaan suatu lafadz yang menunjukan makna sebagian yang tercakup dalam keseluruhan lafadz.
3.      Dilalah iltizam
كون اللفظ دالا على أمرخارج عن معناه لازم له
Yaitu keberadaan lafadz yang menunjukan pada perkara yang keluar dari maknanya, tetapi selalu menetap padanya.